Seputarsulawesi.com, Majene- Gempa magnitudo 6,2 skala richter yang mengguncang Kabupaten Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat pada Jumat 15 Januari 2021 lalu menyita perhatian banyak kalangan. Ratusan bahkan ribuan orang berdatangan ke Sulbar menjadi relawan bencana. Belum lagi bantuan kemanusiaan tiada henti-hentinya tersalurkan.
Bahkan hingga saat ini, penggalangan bantuan bencana, baik di jalan maupun dengan cara door to door di berbagai wilayah di luar Sulawesi Barat masih terus berlangsung. Bencana yang terjadi sekitar pukul 2.00 dini hari itu, tidak hanya melululantahkan rumah-rumah warga dan kantor pemerintahan, tetapi juga mengakibatkan korban jiwa dan ribuan pengungsi.
Data yang dilansir InewsSulsel.id tertanggal 27 Januari 2021 menyebutkan sebanyak 89.524 orang terpaksa harus mengungsi di sejumlah titik. Di lokasi pengungsian, warga yang terdampak gempa mendirikan tenda-tenda darurat. Tak terkecuali warga Desa Pesabbu dan Labuang Rano yang menjadi sasaran pendistribusian bantuan GUSDURian Peduli.
Sebelumnya, relawan GUSDURian Peduli telah mendata kebutuhan masyarakat korban gempa yang sudah beralih dari bantuan nutrisi ke non nutrisi. Sehingga GUSDURian Peduli memutuskan untuk mendistribusikan bantun non pangan berupa berupa tikar, sarung, terpal, selimut, alat penerang, seperti kabel, fitting lampu, bohlam, saklar, dan alat pertukangan seperti gergaji palu, tang dan paku ke korban bencana.
Bantuan kemanusiaan GUSDURian Peduli tersebut didistribusi di tiga titik, yakni Desa Mekkata Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Desa Pasabbu dan Desa Labuang Rano, Kecamatan Tappalang Barat, Kabupaten Mamuju. Bantuan tersebut dilakukan secara bertahap dan dimulai pada Jumat 29 Januari 2021.
"Karena akses menuju titik pengungsian di Desa Labuang Rano dan Pasabu cukup berdekatan. Maka penyalurannya akan kita mulai dari titik yang paling jauh dulu, yaitu di desa Labuang Rano, dan terakhir kita salurkan di Desa Mekkatta," ujar Rizal, Kordinator lapangan GUSDURIan Peduli saat ditemui di lokasi bencana.
Kondisi medan pendistribusian bantuan juga cukup sulit, sehingga para relawan terpaksa harus mengganti moda transfortasi dari roda empat ke roda dua milik warga setempat.
“Mobil yang mengantar logistik tidak mampu melewati dua longsor, dan hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua, maka solusinya adalah mengganti moda transportasi dengan roda dua,” jelas Rizal.
Saat relawan GUSDURian Peduli memasuki Desa Labuang Rano, para relawan lokal sudah menunggu dan menyediakan sembilan motor yang siap mengangkut bantuan. Secara beriringan, relawan lokal menyusuri longsoran tanah, bebatuan, tanjakan dan turunan yang terlihat agak licin lantaran gerimis hadir saat proses pendistribusian bantuan berlangsung.
Saat tiba di posko Labuang Rano, Relawan GUSDURian Peduli disambut bahagia oleh warga setempat, tawa bahagia tampak terlihat di wajah mereka saat penyerahan bantuan sedang berlangsung.
Sainal (34 tahun) selaku koordinator posko Labuang Rano menyampaikan ucapan terima kasih kepada GUSDURian Peduli.
Ia mengatakan kebutuhan logistik berupa makanan di wilayah itu sudah terpenuhi, namun yang dibutuhkan warga sekarang adalah selimut dan tenda."Sebab kalau malam, kami kedinginan" ucap Sainal
Setelah mengabadikan moment bersama, tim relawan GUSDURian Peduli meminta izin ke warga setempat untuk kembali ke Posko Induk di Desa Mekatta, guna mengatur strategi penyaluran bantuan selanjutnya.
tulisan ini sepenuhnya diambil melalui:
https://seputarsulawesi.com/baca/seputarsulawesi/gusdurian-peduli-salurkan-bantuan-non-pangan-di-majene-dan-mamuju